Sabtu, 24 Maret 2012

HARMONI DALAM PERBEDAAN


HARMONI DALAM PERBEDAAN

Khuzairi Taufiq, S. Hi*
*Kepala Bidang Kepesantrenan PP. Miftahul Ulum Panyepen Palengaan Pamekasan

Perbedaan merupakan fitrah Ilahi yang menjadi kazanah kekayaan semesta, tumbuh dan berkembang secara dinamis tanpa harus dibuat oleh kreatifitas manusia, mengalir dari seluruh sudut ruang dan waktu, perbedaan seakan menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap karya, pengetahuan, interaksi, dll, bahkan di dalam dua benda yang dicipta dengan model dan jenis yang sama pada sisi tertentu, yang ditemukan hanya kemiripan bukan kesamaan, dan untuk mengenali dua bocah kembar yang memiliki kesamaan fisik dan kerakteristik tidak perlu memberikan tanda dan pengenal buatan karena dengan sendirinya mereka berdua dapat dikenali satu sama lain.

Dalam arena phisikologis perbedaan- perbedaan akan selalu ada dengan ragam yang banyak dan kompleks serta menimbulkan implikasi dan konsekuensi logis, terutama yang berkaitan dengan pemikiran dan cara pandang sebagai produk dari kerja akal yang merupakan dimensi paling penting dalam kehidupan manusia. Keberadaannya menjadi pembeda utama dengan makhluk lain serta menjadi alasan mengapa Allah menetapkan kewajiban-kewajiban-Nya kepada manusia. Akal juga amat menentukan baik buruknya prilaku hidup dan peradaban

Oleh karena itu, syari’ah Islam menganjurkan untuk memelihara kemurnian dan kejernihan pemikiran manusia, sehingga tidak mudah terkontaminasi oleh kerasnya arus kehidupan yang penuh tipu daya, derama, dan sandiwara yang membawa pemikiran pragmatis dan jiwa ambisius yang pada akhirnya terpuruk pada kesenangan sesaat dan penderitaan yang berkepanjangan.

Seseorang yang dapat melihat perbedaan secara objektif berarti dia mengenal esensi dan substansi kehidupan. Adanya definisi dan ta’rif yang menjadi dasar dan prinsip dari setiap termenologi tidak lain hanya untuk mencari kekhasan dan mengenali perbedaan mendasar yang primer dan substantif. Dalam ilmu nahwu terdapat tiga kalimat yaitu kalimat isim, fi’il, dan huruf, mengetahui salah satunya berarti membedakannya dari dua bagian yang lain. Assyaikh Abdullah Bin Ahmad Al- Faqihi berkata:
فا لإسم يعرف (يميزعن قسميه ) بالإسناد إليه
ِArtinya: Kalimat isim dapat diketahui (dapat dibedakan dari kalimat fi’il dan huruf) dengan Isnad ilaih

Kenyataan ini memunculkan dinamika kehidupan hidrogen yang penuh warna dan pernak- pernik, memebatasi ruang gerak aktifitas manusia sekaligus menjadi garis pemandu dan penyeimbang antara ranah pribadi dan lingkungan sekitarnya supaya lebih kondusif dan berkwalitas, karena tanpa adanya perbedaan maka hampalah kehidupan ini, tidak ada kompetisi sehat yang membawa kemajuan, memberi semangat untuk tekun dan produktif, yang terpenting bagaimana cara mengolah perbedaan menjadi kekuatan, keindahan, dan saling mengisi satu sama lain, karena tidak ada makhluk yang sempurna, pasti memiliki keterbatasan yang melekat pada sifat-sifat manusiawinya, bahkan dalam skill yang menjadi keahlian dan kompetensi dirinya, Allah swt. berfirman dalam QS.
وما أوتيتم من العلم إلا قليلا
Artinya: Tidaklah Aku berikan kepadamu ilmu kecuali sedikit

Adanya perbedaan-perbedaan tersebut bukan secara kebetulan tapi merupakan natural sistem yang diciptakan oleh Allah swt. untuk menstabilkan aktifitas semesta dan seluruh isinya agar ada siklus yang seimbang antar komponen yang ada sehingga terciptalah chek and balance yang menentukan eksistensi dunia fana ini, apabila sinergisitas dan keseimbangan ini hilang maka tidak akan ada yang tersisa lagi selain kehancuran, namun yang dapat memahami kenyataaan ini hanyalah orang-orang yang berfikir Firman Allah swt QS. Ali Imron Ayat 190-191

إن في خلق السموات والأرض واختلف الليل والنهار لايت لأولى الألباب ألذين يذكرون الله قياما وقعود وعلى جنوبهم ويتفكرون في خلق السموات والأرض ربنا ما خلقت هذا باطلا سبحانك فقنا عذاب النار
Artinya   : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau , maka peliharalah kami dari siksa neraka.

maka dari itu perbedaan-perbedaan dalam tataran personal dan komunitas, kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan global tidak perlu ditakuti apalagi sampai membentuk sifat dan sikap eksklusif yang anti orang lain, anti asing, dan anti bangsa lain, karena hal itu hanya akan membuat kehidupan yang sempit dan apatis, penuh curiga dan spekulasi. Allah swt memperingatkan:
ياأيهاالذين أمنو اجتنبو كثيرا من الظن أن بعض الظن أثم . ولاتجسٍٍسوولايغتب بعضكم بعضا

Artinya   : Hai orang-orang yang beriman, jahuilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. (QS. Al-Hujurat : 12)

Padahal indahnya kehidupan manakala hidup rukun bersama- sama orang di sekitarnya dengan semangat kebersamaan, kaharmonisan akan terasa lebih indah dan nyaman dalam perbedaan, entah itu berbeda ideologi, ras, kultur, dll, asalkan dapat mensinergikan perbedaan-perbedaan tersebut secara proporsionanl. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak lain adalah bumbu yang membuat makanan lebih lezat dan membangkitkan selera, ketidaksamaan yang ada anggaplah sebagai kombinasi warna yang menambah indahnya sebuah pemandangan, bisa dibayangkan kalau semua intertein menjadi sutradara lalu siapa yang akan menjadi aktornya, dan apabila semuanya menjadi aktor maka siapa yang akan menjadi pengagumnya.

Perbedaan yang dapat disenergikan adalah perbedaan yang tidak prinsip dan masih dapat dikompromikan sehingga jati dirinya tidak hilang walaupun harus toleran terhadap orang lain. Toleran bukan berarti ikut-ikutan, terseret arus, dan menjadi layang-layang yang selalu mengikuti arah angin, tetapi menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi yang berkembang. Fleksibilitas semacam ini membuka beberapa peluang, yaitu: Pertama: Peluang untuk mengevaluasi daerah tekhnis yang diyakini kebenaran dan efektifitasnya setelah memperoleh hasil komparasi dari open hous selama menjalin komunikasi eksternal. Kedua: Memungkinkan pihak lain merubah formulasinya dan mengikuti langkah kita, mereka tidak merasa gengsi untuk mengadopsi hal positif dari orang  yang yang bersikap elegan dan mereka anggap sebagai mentor bukan rival

Adapun dalam masalah yang prinsip, maka sedikitpun tidak ada celah untuk toleransi dan tidak ada peluang untuk kompromi, harus secara tegas membuat garis demarkasi yang memisah komunikasi terkait dengan benturan tersebut, sebagaimana ketegasan Rosulullah saw. ketika orang-orang kafir mengajak kompromi dalam masalah ibadah, yaitu orang kafir mengajak agar sewaktu-waktu Rosulullah saw. dan para sahabat menyembah sesembahan mereka, dan merekapun bersedia untuk beribadah sesuai dengan tatacara ibadah umat islam, yaitu melaksanakan sholat bersama- sama kaum muslimin.
Meski demikian, interaksi masih tetap terjalin dalam aspek yang lain disertai asumsi positif dan sikap kooperatif, namun harus tetap waspada dan peka dengan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.

2 komentar:

KOMENTAR