HARMONI DALAM
PERBEDAAN
Khuzairi
Taufiq, S. Hi*
*Kepala Bidang Kepesantrenan PP. Miftahul Ulum Panyepen Palengaan
Pamekasan
Perbedaan
merupakan fitrah Ilahi yang menjadi kazanah kekayaan semesta, tumbuh dan
berkembang secara dinamis tanpa harus dibuat oleh kreatifitas manusia, mengalir
dari seluruh sudut ruang dan waktu, perbedaan seakan menjadi bagian tak
terpisahkan dari setiap karya, pengetahuan, interaksi, dll, bahkan di dalam dua
benda yang dicipta dengan model dan jenis yang sama pada sisi tertentu, yang ditemukan
hanya kemiripan bukan kesamaan, dan untuk mengenali dua bocah kembar yang
memiliki kesamaan fisik dan kerakteristik tidak perlu memberikan tanda dan
pengenal buatan karena dengan sendirinya mereka berdua dapat dikenali satu sama
lain.
Dalam arena
phisikologis perbedaan- perbedaan akan selalu ada dengan ragam yang banyak dan
kompleks serta menimbulkan implikasi dan konsekuensi logis, terutama yang
berkaitan dengan pemikiran dan cara pandang sebagai produk dari kerja akal yang
merupakan dimensi paling penting dalam kehidupan manusia. Keberadaannya menjadi
pembeda utama dengan makhluk lain serta menjadi alasan mengapa Allah menetapkan
kewajiban-kewajiban-Nya kepada manusia. Akal juga amat menentukan baik buruknya
prilaku hidup dan peradaban
Oleh karena itu,
syari’ah Islam menganjurkan untuk memelihara kemurnian dan kejernihan pemikiran
manusia, sehingga tidak mudah terkontaminasi oleh kerasnya arus kehidupan yang
penuh tipu daya, derama, dan sandiwara yang membawa pemikiran pragmatis dan
jiwa ambisius yang pada akhirnya terpuruk pada kesenangan sesaat dan
penderitaan yang berkepanjangan.
Seseorang yang
dapat melihat perbedaan secara objektif berarti dia mengenal esensi dan
substansi kehidupan. Adanya definisi dan ta’rif yang menjadi dasar dan prinsip
dari setiap termenologi tidak lain hanya untuk mencari kekhasan dan mengenali
perbedaan mendasar yang primer dan substantif. Dalam ilmu nahwu terdapat tiga
kalimat yaitu kalimat isim, fi’il, dan huruf, mengetahui salah satunya
berarti membedakannya dari dua bagian yang lain. Assyaikh Abdullah Bin Ahmad
Al- Faqihi berkata:
فا
لإسم يعرف (يميزعن قسميه ) بالإسناد إليه
ِArtinya:
Kalimat isim dapat diketahui (dapat dibedakan dari kalimat fi’il dan
huruf) dengan Isnad ilaih
Kenyataan ini memunculkan dinamika kehidupan hidrogen yang penuh
warna dan pernak- pernik, memebatasi ruang gerak aktifitas manusia sekaligus
menjadi garis pemandu dan penyeimbang antara ranah pribadi dan lingkungan
sekitarnya supaya lebih kondusif dan berkwalitas, karena tanpa adanya perbedaan
maka hampalah kehidupan ini, tidak ada kompetisi sehat yang membawa kemajuan,
memberi semangat untuk tekun dan produktif, yang terpenting bagaimana cara
mengolah perbedaan menjadi kekuatan, keindahan, dan saling mengisi satu sama
lain, karena tidak ada makhluk yang sempurna, pasti memiliki keterbatasan yang
melekat pada sifat-sifat manusiawinya, bahkan dalam skill yang menjadi keahlian
dan kompetensi dirinya, Allah swt. berfirman dalam QS.
وما أوتيتم من العلم إلا قليلا
Artinya: Tidaklah Aku berikan kepadamu ilmu kecuali sedikit
Adanya perbedaan-perbedaan tersebut bukan secara kebetulan tapi
merupakan natural sistem yang diciptakan oleh Allah swt. untuk menstabilkan
aktifitas semesta dan seluruh isinya agar ada siklus yang seimbang antar
komponen yang ada sehingga terciptalah chek and balance yang menentukan
eksistensi dunia fana ini, apabila sinergisitas dan keseimbangan ini hilang
maka tidak akan ada yang tersisa lagi selain kehancuran, namun yang dapat
memahami kenyataaan ini hanyalah orang-orang yang berfikir Firman Allah swt QS.
Ali Imron Ayat 190-191
إن
في خلق السموات والأرض واختلف الليل والنهار لايت لأولى الألباب ألذين يذكرون الله
قياما وقعود وعلى جنوبهم ويتفكرون في خلق السموات والأرض ربنا ما خلقت هذا باطلا
سبحانك فقنا عذاب النار
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata) : “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia. Maha suci Engkau , maka peliharalah kami dari siksa neraka.
maka dari itu perbedaan-perbedaan dalam tataran personal dan komunitas,
kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan global tidak perlu ditakuti apalagi
sampai membentuk sifat dan sikap eksklusif yang anti orang lain, anti asing,
dan anti bangsa lain, karena hal itu hanya akan membuat kehidupan yang sempit
dan apatis, penuh curiga dan spekulasi. Allah swt memperingatkan:
ياأيهاالذين أمنو اجتنبو
كثيرا من الظن أن بعض الظن أثم . ولاتجسٍٍسوولايغتب بعضكم بعضا
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jahuilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing
sebagian yang lain. (QS. Al-Hujurat : 12)
Padahal indahnya kehidupan manakala hidup rukun bersama- sama orang
di sekitarnya dengan semangat kebersamaan, kaharmonisan akan terasa lebih indah
dan nyaman dalam perbedaan, entah itu berbeda ideologi, ras, kultur, dll, asalkan
dapat mensinergikan perbedaan-perbedaan tersebut secara proporsionanl. Perbedaan-perbedaan
tersebut tidak lain adalah bumbu yang membuat makanan lebih lezat dan
membangkitkan selera, ketidaksamaan yang ada anggaplah sebagai kombinasi warna
yang menambah indahnya sebuah pemandangan, bisa dibayangkan kalau semua
intertein menjadi sutradara lalu siapa yang akan menjadi aktornya, dan apabila
semuanya menjadi aktor maka siapa yang akan menjadi pengagumnya.
Perbedaan yang dapat disenergikan adalah perbedaan yang tidak
prinsip dan masih dapat dikompromikan sehingga jati dirinya tidak hilang
walaupun harus toleran terhadap orang lain. Toleran bukan berarti ikut-ikutan,
terseret arus, dan menjadi layang-layang yang selalu mengikuti arah angin,
tetapi menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi yang berkembang.
Fleksibilitas semacam ini membuka beberapa peluang, yaitu: Pertama: Peluang
untuk mengevaluasi daerah tekhnis yang diyakini kebenaran dan efektifitasnya
setelah memperoleh hasil komparasi dari open hous selama menjalin komunikasi
eksternal. Kedua: Memungkinkan pihak lain merubah formulasinya dan
mengikuti langkah kita, mereka tidak merasa gengsi untuk mengadopsi hal positif
dari orang yang yang bersikap elegan dan
mereka anggap sebagai mentor bukan rival
Adapun dalam masalah yang prinsip, maka sedikitpun tidak ada celah
untuk toleransi dan tidak ada peluang untuk kompromi, harus secara tegas
membuat garis demarkasi yang memisah komunikasi terkait dengan benturan
tersebut, sebagaimana ketegasan Rosulullah saw. ketika orang-orang kafir
mengajak kompromi dalam masalah ibadah, yaitu orang kafir mengajak agar
sewaktu-waktu Rosulullah saw. dan para sahabat menyembah sesembahan mereka, dan
merekapun bersedia untuk beribadah sesuai dengan tatacara ibadah umat islam,
yaitu melaksanakan sholat bersama- sama kaum muslimin.
Meski demikian, interaksi masih tetap terjalin dalam aspek yang lain
disertai asumsi positif dan sikap kooperatif, namun harus tetap waspada dan
peka dengan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.