VIRUS
SEPAK BOLA;
SUNTIK
REMAJA DUNIA
By :
Nurul Absor*
Moment World Cup atau
lebih sering disebut dengan sepak bola dunia akan dilaksanakan Juni ini. Jutaan
pasang mata akan tertuju untuk menyaksikan even sepak bola terbesar itu, baik
langsung di lapangan maupun melalui via
televisi.
Paila Dunia (World Cup) adalah sebuah kejuaraan sepak bola yang
berlangsung setiap empat tahun. Paila dunia tersebut di kenal dengan Piala
Jules Rimet. Piala dunia pertama kali diadakan di Uruguay sebagai tuan rumah dengan
dukungan 23 peserta kongres yang berlangsung dari tanggal 13 – 30 Juli 1930.
Saai itu, Uruguay menuai
sukses sebagai Kampium setelah menundukkan Argentina 4-2 di partai final yang
disaksikan oleh 93.000 penonton.
Kemudian, akibat adanya Perang Dunia II, kejuaraan ini terpaksa
dihentikan selama 12 tahun, dan kembali dimulai pada tahun 1950 di Brazil. Brazil
merupakan Negara yang paling sukses dalam perhelatan empat tahun sekali ini. Tercatat, Brazil
menjadi juara piala dunia sebanyak lima
kali dan Runner-Up dua kali. Jerman
menduduki peringkat kedua dengan tiga kali juara dan empat kali Runner-Up. Sedangkan Italia berada
diperingkat ketiga dengan torehan tiga kali juara dan dua kali Runner-Up.
Piala Jules Rimet menjadi milik tetap Negara Brazil karena telah menjadi Negara
pertama yang meraih juara sebanyak tiga kali, yaitu pada tahun 1958, 1962 dan
1970. kemudian piala tersebut diganti dengan piala desain baru. Umur piala itu
akan berakhir pada tahun 2038 setelah plakat nama di piala itu penuh dengan
nama Negara yang menggondolnya.
Pada tahun 2010 ini, piala dunia 2010 merupakan edisi kesembilan
belas kali dari Piala Dunia FIFA 2010. Piala dunia kali ini diselenggarakan di
Afrika Selatan untuk menjadi tuan rumah setelah memperoleh dukungan 14 suara,
menyingkirkan ambisi Maruko dengan peroleh 10 suara dan Mesir 0 suara. Edisi
ini pertama kali diselenggarakan di Benua Afrika. Pertandingan pembukaan dan
final akan dilaksanakan di Stadion Soccer City,
di kota
terbesar Afrika Selatan.
Lebih
dari Sekedar Olahraga
Terlihat sepintas bahwa sepak bola hanya sebuah permainan
memperebutkan satu bola oleh 22 pemain dengan satu gawang sebagai targetnya. Namun
ketika dilihta dari factor kemenangan sebuah kesebelasan, sepakbola merupakan
permainan yang ditentukan oleh solidnya koordinasi antarlini depan, tengah dan
belakang.
Sepak bola mencakup sportifitas, persahabatan, spirit, organisasi,
bisnis hingga politik. Filosofi dalam sepak bola dapat ditransformasikan ke
dalam berbagai lini kehidupan yang lain, seperti masalah pendidikan, politik,
ekonomi dan lain sebagainya.
Pertandingan sepak bola merupakan fenomena global yang sering
mengisi benak dan menyita banyak perhatian masyrakat dunia. Sepak bola sudah
bukan lagi sekedar hobi bermain, namun lebih dari itu, para penggila bola atau
biasa disebut dengan gibol kini telah membentuk komunitas tersendiri. Tidak
sedikit dari para gibol yang menirukan gaya
para selebritis sepak bola. Pakaian, model rambut dan gaya hidup pemain sepak bola selalu menjadi trendsotter para gibol di antero dunia.
Ketika Ronaldo Luis Nazario de Lima tampil emprisif difinal piala
dunia 2002, jutaan fansnya turut bersuka cita memangkas rambut mereka dengan
jiplakan model kuncung ala Ronaldo.
Begitu pula ketika David Bechkam tampil nyentrik dengan rambut model Mohawk-nya diperhelatan piala dunia
2002, jutaan penggemar Bechkam didunia lantas meniru model rambut kapten
kesebelasan Inggris itu.
Para remaja
gibol tentu saja mengharap tim idolanya menuai kemenangan. Namun ketika sang
idola mereka ditaklukkan oleh tim lain, tentu akan ada bahaya yang mengintai
para gibol tersebut jika tidak diantisipasi
dampaknya. Penelitian membuktikan, sejumlah kasus Cardiac Arrest atau jantung berhenti mendadak dan berdebar-debar
yang menimpa kaum pria di Munich.
Kasus itu meningkat dua kali lipat pada kalangan wanita. Terlebih ketika tim
Jerman berlaga di perempatan final melawan Argentina. Kasusnya semakin
meningkat ketika Jerman berlaga di semifinal melawan Italia dengan menuai
kekalahan. Serangan jantung di Inggris meningkat 25 % ketika Inggris kalah
melawan Argentina
melalui tendangan pinalti di piala dunia 1998. Di Eropa, menjelang pertandingan
piala dunia 2008, para dokter telah bersiap-siap menghadapi meningkatnya
serangan jantung, mabuk, depresi, melukai diri dan bahkan bunuh diri.
Antisipasinya, para gibol sebelum duduk di sofa untuk menonton
pertandingan, mereka harus siap mental dan ketenangan diri untuk
menghindari adanya pangaruh negatif bagi
kesehatan mereka. Pertandingan sepak bola harus dapat membantu dalam
pembentukan karakter positif, bukan hal yang sebaliknya. Para
gibol harus siap menerima pada apa yang akan terjadi dengan tim idolanya.
Menang Alhamdulillah, kalah tidak
jadi masalah.
Sepak
Bola Ala Islam
Olahraga sebagai media yang memiliki urgensitas tinggi di tengah-tengah
masyarakat dunia, tentu saja islam tidak ketinggalan untuk mengapresiasinya.
Islam adalah agama universal, doktrin yang diajarkan tidak hanya berkutat dalam
masalah ibadah mahdah saja, tapi juga
mencakup pada aspek pendukungnya, seperti olahraga dan kompetensi yang lain,
termasuk sepak bola.
Piala dunia sepak bola ternyata benar-benar membuat “demam” olahraga
semakin menyuntik hawa panas. Namun disisi lain, dunia sepak bola pada
kenyataannya menimbulkan akses-akses negatif yang bertentangan dengan syariat.
Sepak bola bahkan telah menjadi ‘agama baru’. Tidak hanya di Eropa,
tapi juga di kawasan Timur Tengah,
Korea dan
Tiongkok. Jika memakai persepsi Robert N. Bellah tentang civil religion, maka sepak bola juga sebuah agama. Menurut Bellah, civil religion tidak hanya dalam arti
agama konvensional, tapi juga suatu bentuk kepercayaan dan gugusan nilai dan
praktik yang memiliki semacam ‘teologi’ dan ritual tertentu yang di dalam
realisasinya menunjukan kemiripan dengan agama. Dalam konteks ini, sepak bola
juga disebut civil religion. Dukungan
para supporter, terutama remaja gibol
tak jarang mengandung sentimen emosional dan fanatisme buta yang rentan
melahirkan hooliganisme.
Zaman sudah berhasil membalik segalanya, bahkan tidak sedikit dari
para gibol yang merasa ‘ikhlas’ untuk bangun malam hari, bukan untuk solat
tahajjut apalagi bersimpuh di hadapan Kholiknya, tapi untuk menyaksikan pertandingan
olahraga terbesar itu.
Fokus olahraga masa kini, terutama sepak bola telah sama sekali
beralih dari makna yang ‘wajar’. Masalahnya bukan lagi kesehatan, kebugaran
ataupun hal-hal yang sesederhana itu, tapi sebuah profesi, lapangan kerja dan
bisnis. Sementara itu ediologi kapitalisme telah mengakar kuat ditengah-tengah
komunitas global. Perjudian, main suap, aneka pelanggran terhadap norma-norma
agama sudah bukan hal yang tabu dalam dunia sepak bola.
Pertandingan sepak bola sepertinya tidak dapat dipisahkan dengan
pelanggaran norma-norma agama. Fenomena-fenomena masa kini sering kali
menggiling masyrakat pada ‘kultus idola’. Keengganan praktisi agama untuk
berupaya mewarnai dunia sepak bola dengan nilai agama, berakibat aturan main
agama sama sekali tidak diperhitungkan. Tentu, ini lebih dari sekedar
penyelewengan; ediologi agama tercabut dari akar. Agama terdesak ke pojok-pojok
masjid dan musholla.
Selama keadaan ‘tidak tanggap’ ini masih berlanjut, selama itu pula
ironi dunia sepakbola akan terus bersambut. Gibol dan supporter serta pemain
sepak bola, misalnya, tidak akan pernah melaksanakan sholat Ashar dan mahgrib
selama aturan mainnya tetap sama, selama gelanggang-gelanggang olahraga tidak
punya musholla. Tidak sedikit pertandingan sepak bola menimbulkan berbagai
praktik yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat, seperti judi, membuka
aurat, tawuran sporter dan sebagainya.
Melihat fenomena ini, kita harus sadar untuk mengembalikan peran
olahraga dan pertandingan pada fitrahnya. Islam menganjurkan olahraga, untuk
mengasah keterampilan berperang; agar badan selalu sehat dan segar; serta
sebagai refreshing dan rileks untuk menghilangkan kepenatan
pikiran. Kompetensi yang dibenarkan agama adalah kompetensi yang dijadikan
sebagai sarana melatih keterampilan berpempur untuk membela agama Allah Swt.
tanpa melanggar ketentuan-ketentuan syariat.
Silahkan kita gila pada bola, tapi jangan sampai gila dengan lupa
pada Allah Swt. silahkan kita tertawa, tapi jangan tertawa maksiat kepada Allah
Swt. Kalaupun kita harus gibol, ataupun tertawa, carilah yang tidak ada murka
Allah Swt. jikalau kita ingin lebih lagi, kalau perlu menangis, tapi disitu
tetap ada Ridha Allah Swt. itulah yang perlu dan penting untuk diperhatikan.
*Siswa SMA Al-Miftah Kelas XI IPA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOMENTAR